Membuat video iklan yang “keren” itu mudah — membuat video iklan yang efektif (menggerakkan orang melakukan sesuatu) itu susah. Perbedaan kunci: yang pertama fokus pada estetik, yang kedua menggabungkan estetika dengan strategi audiens, pesan, dan distribusi. Di bawah ini saya perdalam langkah-langkah praktis, teknik, dan template yang bisa langsung kamu pakai untuk membuat video iklan yang tidak hanya menarik, tapi juga mengonversi.
1. Mulai dari tujuan dan KPI — bukan dari visual dulu
Sebelum menulis naskah atau menentukan sinematografi, tentukan dulu tujuan iklan. Contoh tujuan dan KPI yang relevan:
- Awareness → KPI: reach, impressions, video view rate (VTR), cost per thousand impressions (CPM).
- Consideration / Engagement → KPI: click-through rate (CTR), average watch time, likes/comments/shares.
- Conversion → KPI: conversion rate (CVR), cost per acquisition (CPA), ROAS.
Tuliskan satu tujuan utama per versi iklan. Kalau tujuanmu “jual produk”, jangan pakai footage yang hanya memperlihatkan brand lifestyle tanpa CTA yang mengarahkan ke pembelian.
2. Pahami audiens secara konkret (persona + jalur keputusan)
Riset audiens itu praktis — kamu tidak perlu studi besar. Cukup bangun 2–3 persona singkat:
- Persona A (Pembeli impulsif 20–30): aktif TikTok/Instagram, sensitif harga, suka testimoni micro-influencer.
- Persona B (Pembuat keputusan korporat 30–45): cek LinkedIn/YouTube, butuh bukti kapasitas dan studi kasus.
- Persona C (Traveler 25–40): mencari inspirasi visual, sensitif terhadap estetika dan pengalaman.
Untuk tiap persona tentukan: platform yang mereka pakai, pesan utama yang menyentuh “pain” atau “desire”, dan format iklan yang paling cocok (15s vertical untuk TikTok; 30s–60s untuk YouTube/FB).
3. Hook: aturan emas — tarik perhatian di 3–5 detik pertama
Riset perilaku menyatakan perhatian singkat — itu berarti hook harus memaksa audiens berhenti scroll.
Formula hook yang efektif:
- Visual mencolok (pemandangan tak terduga, close up dramatis).
- Pertanyaan atau klaim: “Pernah gagal…?” atau “Hanya 1% orang tahu…”.
- Masalah langsung: tunjukkan masalah nyata yang audiens rasakan.
- Kontras cepat: sebelum → setelah (visual transformasi).
Contoh hook 3–5 detik:
- Visual: close up kopi tumpah; Voiceover: “Kopi pagi berantakan lagi?”
- Visual: resort mewah dari udara; Text overlay: “Liburan tanpa repot — dalam 30 detik.”
4. Struktur cerita mikro yang bekerja untuk iklan pendek
Untuk 15–60 detik gunakan struktur sederhana tapi kuat:
- Problem → Agitate → Solve → CTA
- Before → After → Bridge (tampilkan transformasi nyata)
- Testimonial → Proof → CTA (social proof kuat untuk conversion)
Contoh naskah 30 detik (produk skincare):
- Hook (0–4s): wajah with blemish close up + teks “Jerawat muncul saat penting?”
- Problem (4–10s): klip orang menutupi wajah, frustasi.
- Solve (10–20s): footage aplikasi produk + hasil before/after cepat.
- Proof (20–26s): testimoni singkat “Bulan lalu… saya merasa…”
- CTA (26–30s): teks “Dapatkan diskon 20%—klik link sekarang.”
Berikan variasi: satu versi untuk awareness (tanpa CTA beli langsung), satu untuk retarget (CTA kuat).
5. Visual & produksi — elemen yang membuat iklan “menempel” di kepala penonton
Beberapa teknik produksi yang berdampak besar:
- Shot list padat: siapkan 6–8 shot utama + B-roll.
- Gunakan close up untuk emosi dan detail produk; wide shots untuk konteks.
- Motion: push, pull, dolly, drone untuk establishing shot. Gerakan lambat untuk kesan sinematik.
- Color grading: tentukan mood palette (warm, cool, high contrast) agar iklan konsisten dengan brand.
- Text overlay: ringkas dan kontras, gunakan font yang mudah dibaca di layar kecil.
- Subtitel: selalu sertakan — banyak user menonton tanpa suara.
Praktik teknis: rekam di profil warna flat (log) bila ingin grading, gunakan ND filter siang hari untuk menjaga shutter sesuai rule 180°.
6. Sound design & musik — jangan remehkan peran audio
Audio adalah 50% pengalaman iklan. Komponen penting:
- Music bed yang membangun emosi (royalty-free atau berlisensi).
- SFX untuk impact (whoosh pada transisi, sound cue saat CTA).
- Voiceover dengan tone sesuai persona (ramah, authoritative, energik).
- Mixing: pastikan VO lebih jelas dari musik — gunakan ducking atau sidechain.
Legal: selalu gunakan musik berlisensi atau layanan stock (Artlist, Epidemic Sound) atau royalty-free yang benar lisensinya.
7. Format & adaptasi platform (optimasi per channel)
Setiap platform punya kebiasaan dan constraint:
- TikTok / Reels (9:16, 15–30s): hook dramatis, native feel, gunakan sound trend bila relevan.
- Instagram Feed (1:1 atau 4:5): crop penting; komposisi harus safe pada tengah frame.
- YouTube (16:9): cocok untuk versi 30–60s dengan storytelling lebih lengkap. Bumper 6s untuk awareness.
- Facebook / LinkedIn (16:9 atau 1:1): LinkedIn lebih serius — tonality B2B; sertakan caption panjang.
- Google/YouTube Ads: bikin versi yang bisa di-skip dan versi non-skip (6s bumper).
Satu produksi utama bisa di-repurpose: buat master high-res, lalu crop & edit ulang untuk versi vertikal dan pendek.
8. A/B testing: variabel apa yang harus diuji
Uji elemen ini untuk menemukan kombinasi yang paling efektif:
- Hook (visual vs teks vs pertanyaan)
- Durasi (15s vs 30s vs 60s)
- CTA (“Beli sekarang” vs “Pelajari lebih lanjut”)
- Thumbnail/cover frame
- Musik (energi tinggi vs tenang)
Formulas untuk eksperimen:
- Jalankan dua versi identik kecuali satu elemen (mis. hook).
- Ukur VTR, CTR, dan CVR.
- Pertahankan pemenang untuk scale.
9. Ukur performa & optimasi berkelanjutan
Metode pengukuran:
- Awareness: CPM, reach, VTR (25%, 50%, 75%).
- Engagement: CTR, average watch time, engagement rate.
- Conversion: CVR, CPA, revenue per conversion.
Optimasi:
- Jika VTR rendah → perbaiki hook.
- Jika CTR rendah tapi VTR tinggi → perbaiki CTA/landing page.
- Jika CVR rendah → cek kesesuaian pesan antara iklan & halaman tujuan.
10. Anggaran & alokasi (produksi vs media)
Prinsip umum alokasi anggaran iklan digital:
- Produksi: kualitas (30%–40% dari total budget) untuk materi evergreen yang dapat dipakai berkali.
- Media spend: sisa dana untuk distribusi dan testing.
(Angka ini hanya panduan alokasi, sesuaikan menurut skala bisnis.)
Catatan: seringkali lebih bijak meningkatkan biaya media untuk menjangkau audiens tepat ketimbang memaksakan produksi mahal untuk audiens yang salah.
11. Legal & etika — hal yang sering terlewat
- Talent release: pastikan ada surat izin penggunaan wajah/voice.
- MUSIC LICENSE: simpan bukti lisensi musik.
- Klaim produk: hindari klaim yang tidak bisa dibuktikan (mis. “menyembuhkan 100%”) — siapakan bukti bila klaim medis/teknis.
- Privasi: jangan rekam orang tanpa izin di area privat.
12. Produksi praktis — checklist singkat sebelum syuting
- Tujuan & KPI tertulis.
- Script + storyboard (frame by frame).
- Shot list dengan durasi target per shot.
- Talent & wardrobe siap.
- Peralatan: kamera, lensa, gimbal, drone (jika perlu), ND filter, mikrofon, baterai cadangan.
- Lokasi & izin terbang drone (jika lokasi terlarang ada regulasi).
- Musik & efek berlisensi siap.
Template naskah singkat (15s) — contoh untuk ecommerce
- Hook (0–3s): Close up produk + teks “Butuh tas yang kuat untuk travel?”
- Benefit (3–9s): Footage tas dipakai, water resistant + zipper close up.
- Social proof (9–12s): “Terjual 10.000+ unit” (text)
- CTA (12–15s): “Dapatkan diskon 20% — klik sekarang.”
Cara kerja Ara Creative (jika ingin bantuan)
Kalau kamu ingin eksekusi end-to-end (konsep → produksi → distribusi + A/B test), tim Ara Creative bisa membantu: riset audiens, naskah iklan, produksi (termasuk drone jika perlu), editing dan optimasi iklan. Kami juga menyiapkan paket delivery untuk platform berbeda agar kamu bisa langsung running iklan.
Website : aracreative.id
Instagram : @ara.creative
WhatsApp : +62 823-2615-4848
Linktree : https://linkr.bio/aracreative